Rumah Joglo in the making. Lokasi: Kaliurang, Yogyakarta.
Senin, 27 Januari 2014
National Grand Theatre, Beijing-China.
National Grand Theatre, Beijing-China.
Pada bulan Mei tahun 2013 lalu saya dan teman-teman kampus
berkesempatan mengunjungi National Grand
Theatre di Beijing. Lokasinya berdekatan dengan Forbidden City dan Tiananmen
Square yaitu terletak di Chang'an Street. National
Grand theater adalah gedung teater di Beijing
yang mengkhususkan fungsinya pada pertunjukkan opera Beijing.
Bangunan ini didesain oleh Paul Andreu. Paul Andreu adalah
arsitek dari Prancis yang juga mendesain bandara yang sangat akrab dengan kita
yaitu; Bandara Soekarno-Hatta. Bahkan desain Sukarno-Hatta pernah di jejerkan
dengan bandara Paris yang terkenal, Charles
de Gaulle Airport, yang juga di desain oleh arsitek Prancis yang sama, Paul
Andreu.
Namun pada saat itu, waktu berkunjung ke National Grand Theatre yang disediakan
untuk kami hanya sebentar. Maka saya dan teman-teman saya hanya dapat menikmati
eksteriornya saja. Saat pertama datang saya dan teman-teman saya sudah terpukau
dengan bentuknya seperti sebuah telur yang terbenam separuh bagian ke dalam
air. Pantas saja bangunan ini disebut dengan “Gedung Telur” oleh penduduk
Beijing. Kerangka gedung National Grand
Theatre terbuat dari baja dan titanium, dengan kaca yang mengelilingi di
setiap sudut bangunannya. Diletakkan diatas danau buatan dan didesain seperti
mengambang diatas air.
National Grand
Theatre dipuji karena rancangannya yang puitis, menggambarkan satu
instrument tradisional Tionghua dan perwujudan filosofi Tionghua.
Bangunan melambangkan kosmologi Tionghua dengan bulatan telur yang melambangkan langit
dan danau buatannya yang persegi melambangkan bumi; Tian Yuan Di Fang 天圆地方 yang secara
literal berarti langit seperti sebuah kubah menaungi bumi berbentuk persegi
empat.
Uniknya, pintu masuknya berada tersembunyi dibawah permukaan tanah di sisi danau dan menyusuri lorong bawah tanah. Sayang
sekali kami tidak berkesempatan untuk masuk ke dalam gedung. Namun kami tetap terhibur
dengan desainnya menggabungkan banyak open
space, green area di sekitar gedung yang mengingatkan kita pada alam
sekitar. Danau buatan yang begitu besar sangat mempesona, gemericik airnya
memberi kenyamanan untuk pengunjung. Air yang berada di sekitar gedung tersebut
memantulkan bayangan gedung yang berbentuk setengah telur tersebut, bayangan
ini jika diamati akan membentuk setengah telur juga. Nah, maka jadilah gedung
seperti telur yang mengambang.
Konsep ini memang sengaja di buat karena bertujuan untuk
menjadikan bangunan ini sebagai ikon bangunan modern di kota Beijing, dan Cina
pada umumnya.
Referensi: http://cina.panduanwisata.com/beijing/bangunan-telur-raksasa-di-beijing/
Contertainer Taman Baca dan Poligigi Amin, Batu-Malang.
Taman Baca dan Poligigi Amin
Untuk memenuhi mata kuliah Penulisan Ilmiah semester 6 lalu,
saya berkunjung ke Taman Baca dan Poligigi Amin di Batu, Malang. Tepatnya berlokasi di
pintu masuk kawasan Jatim-Park 1 di Jl. Sultan Agung. Taman Baca dan Poligigi
Amin adalah objek penilitian saya yang berjudul “Kajian Penerapan Material
Kontainer sebagai Konstruksi Sustainable pada Taman Baca dan Poligigi Amin,
Batu, Malang”.
Mengunjungi tempat ini sangat berkesan bagi saya, karena
sangat jarang kita temui di sekitar kita bagaimana kontainer dapat disusun
sedemikian atraktifnya sehingga kita yang melewatinya akan timbul rasa
penasaran ingin mengunjunginya. Taman Baca dan Poligigi Amin sudah mencuri
perhatian kita sejak awal karena warna kontainer-kontainernya yang
berwarna-warni dan cerah. Lalu, tentu saja dari material andalannya sendiri
yaitu kontainer yang sangat menarik.
Seperti yang kita tahu, kontainer biasa
digunakan sebagai wadah pengangkatan barang. Namun kini, kontainer juga dapat
ditinggali karena sesuai dengan skala manusia dan dengan menggunakan kontainer
kita telah mendapat dinding, lantai dan atap sekaligus. Hal tersebut tentu
memudahkan pengerjaan konstruksi dan menghemat waktu sehingga dengan berbagai
kelebihannya maka kontainer dengan treatment
yang baik dapat kita sebut sebagai material yang sustainable. Bangunan
kontainer biasanya menggunakan kontainer-kontainer bekas yang tersedia banyak
di pelabuhan sehingga menggunakannya kembali sebagai bangunan adalah memberikan
kehidupan kedua bagi kontainer-kontainer tersebut.
Taman Baca dan Poligigi Amin mengusung konsep contertainer. Dapat terlihat dari
keseluruhan bangunan yang bersifat entertaining;
warnanya, desainnya, dan ditambah lagi contertainer
ini dapat dipakai bersama dan bebas biaya. Hal ini sesuai dengan harapan
arsitek sendiri, Edwin Nafarin, yang menginginkan arsitektur dapat menyenangkan
banyak orang.
Contertainer ini
disusun atas 8 kontainer yang memiliki fungsi utama taman baca. Lantai dasar
berfungsi sebagai poligigi dan menggunakan konstruksi konvensional. Dimulai
dari lantai 1 lah kita dapat menikmati bangunan kontainer tersebut. Kontainer-kontainer
tersebut terdiri atas kontainer 40 kaki dan 20 kaki dengan warna yang
bermacam-macam, yaitu biru, hijau, merah, dan kuning.
Kontainer hijau berfungsi sebagai receiptionist, lalu ruang
baca dipisah sesuai dengan genre buku yaitu kontainer kuning berfungsi sebagai
ruang baca tata boga dan busana, kontainer biru untuk ruang baca hiburan dan
umum, lalu kontainer merah sebagai ruang baca ilmu pengetahuan. Untuk ruang
baca anak-anak tidak terbangun dari material kontainer.
Setiap ruang baca banyak menggunakan pencahayaan alami dari
jendela lebar di sisi-sisi kontainer sehingga pembaca mendapat cahaya yang
cukup untuk membaca dan menghemat penggunaan lampu. Suasana yang tenang dengan
view nuansa pedesaan membuat membaca semakin nyaman dan menyenangkan.
Hal menarik lainnya adalah dinding interior kontainerpun
dihiasi lukisan/sticker menarik seperti orang yang sedang membaca bahkan ada
rumus-rumus yang terlukis di dinding. Lalu kontainer merah berfungsi juga
sebagai kanopi teras baca lantai 1 dengan mengekspos pile baja sebagai struktur
penyangga kontainer merah pada eksteriornya.
Berkunjung ke Taman Baca dan Poligigi Amin akan memberi pengalaman
yang berbeda dari sebuah kontainer. Lingkungan membaca sangat menyenangkan dan
dapat dinikmati oleh siapa saja. Ide entertainer
dalam kegiatan membaca yang sebenarnya beraktivitas statis merupakan ide yang baik
sehingga pembaca tidak cepat jenuh dan ingin datang kembali untuk membaca. Semoga
dengan pencitraan yang menarik dan lingkungan yang menyenangkan dari sebuah
ruang baca dapat menarik minat baca anak-anak.
Langganan:
Postingan (Atom)