Taman Baca dan Poligigi Amin
Untuk memenuhi mata kuliah Penulisan Ilmiah semester 6 lalu,
saya berkunjung ke Taman Baca dan Poligigi Amin di Batu, Malang. Tepatnya berlokasi di
pintu masuk kawasan Jatim-Park 1 di Jl. Sultan Agung. Taman Baca dan Poligigi
Amin adalah objek penilitian saya yang berjudul “Kajian Penerapan Material
Kontainer sebagai Konstruksi Sustainable pada Taman Baca dan Poligigi Amin,
Batu, Malang”.
Mengunjungi tempat ini sangat berkesan bagi saya, karena
sangat jarang kita temui di sekitar kita bagaimana kontainer dapat disusun
sedemikian atraktifnya sehingga kita yang melewatinya akan timbul rasa
penasaran ingin mengunjunginya. Taman Baca dan Poligigi Amin sudah mencuri
perhatian kita sejak awal karena warna kontainer-kontainernya yang
berwarna-warni dan cerah. Lalu, tentu saja dari material andalannya sendiri
yaitu kontainer yang sangat menarik.
Seperti yang kita tahu, kontainer biasa
digunakan sebagai wadah pengangkatan barang. Namun kini, kontainer juga dapat
ditinggali karena sesuai dengan skala manusia dan dengan menggunakan kontainer
kita telah mendapat dinding, lantai dan atap sekaligus. Hal tersebut tentu
memudahkan pengerjaan konstruksi dan menghemat waktu sehingga dengan berbagai
kelebihannya maka kontainer dengan treatment
yang baik dapat kita sebut sebagai material yang sustainable. Bangunan
kontainer biasanya menggunakan kontainer-kontainer bekas yang tersedia banyak
di pelabuhan sehingga menggunakannya kembali sebagai bangunan adalah memberikan
kehidupan kedua bagi kontainer-kontainer tersebut.
Taman Baca dan Poligigi Amin mengusung konsep contertainer. Dapat terlihat dari
keseluruhan bangunan yang bersifat entertaining;
warnanya, desainnya, dan ditambah lagi contertainer
ini dapat dipakai bersama dan bebas biaya. Hal ini sesuai dengan harapan
arsitek sendiri, Edwin Nafarin, yang menginginkan arsitektur dapat menyenangkan
banyak orang.
Contertainer ini
disusun atas 8 kontainer yang memiliki fungsi utama taman baca. Lantai dasar
berfungsi sebagai poligigi dan menggunakan konstruksi konvensional. Dimulai
dari lantai 1 lah kita dapat menikmati bangunan kontainer tersebut. Kontainer-kontainer
tersebut terdiri atas kontainer 40 kaki dan 20 kaki dengan warna yang
bermacam-macam, yaitu biru, hijau, merah, dan kuning.
Kontainer hijau berfungsi sebagai receiptionist, lalu ruang
baca dipisah sesuai dengan genre buku yaitu kontainer kuning berfungsi sebagai
ruang baca tata boga dan busana, kontainer biru untuk ruang baca hiburan dan
umum, lalu kontainer merah sebagai ruang baca ilmu pengetahuan. Untuk ruang
baca anak-anak tidak terbangun dari material kontainer.
Setiap ruang baca banyak menggunakan pencahayaan alami dari
jendela lebar di sisi-sisi kontainer sehingga pembaca mendapat cahaya yang
cukup untuk membaca dan menghemat penggunaan lampu. Suasana yang tenang dengan
view nuansa pedesaan membuat membaca semakin nyaman dan menyenangkan.
Hal menarik lainnya adalah dinding interior kontainerpun
dihiasi lukisan/sticker menarik seperti orang yang sedang membaca bahkan ada
rumus-rumus yang terlukis di dinding. Lalu kontainer merah berfungsi juga
sebagai kanopi teras baca lantai 1 dengan mengekspos pile baja sebagai struktur
penyangga kontainer merah pada eksteriornya.
Berkunjung ke Taman Baca dan Poligigi Amin akan memberi pengalaman
yang berbeda dari sebuah kontainer. Lingkungan membaca sangat menyenangkan dan
dapat dinikmati oleh siapa saja. Ide entertainer
dalam kegiatan membaca yang sebenarnya beraktivitas statis merupakan ide yang baik
sehingga pembaca tidak cepat jenuh dan ingin datang kembali untuk membaca. Semoga
dengan pencitraan yang menarik dan lingkungan yang menyenangkan dari sebuah
ruang baca dapat menarik minat baca anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar