Senin, 27 Januari 2014

Contertainer Taman Baca dan Poligigi Amin, Batu-Malang.

Taman Baca dan Poligigi Amin

Untuk memenuhi mata kuliah Penulisan Ilmiah semester 6 lalu, saya berkunjung ke Taman Baca dan Poligigi Amin di Batu, Malang. Tepatnya berlokasi di pintu masuk kawasan Jatim-Park 1 di Jl. Sultan Agung. Taman Baca dan Poligigi Amin adalah objek penilitian saya yang berjudul “Kajian Penerapan Material Kontainer sebagai Konstruksi Sustainable pada Taman Baca dan Poligigi Amin, Batu, Malang”.

Mengunjungi tempat ini sangat berkesan bagi saya, karena sangat jarang kita temui di sekitar kita bagaimana kontainer dapat disusun sedemikian atraktifnya sehingga kita yang melewatinya akan timbul rasa penasaran ingin mengunjunginya. Taman Baca dan Poligigi Amin sudah mencuri perhatian kita sejak awal karena warna kontainer-kontainernya yang berwarna-warni dan cerah. Lalu, tentu saja dari material andalannya sendiri yaitu kontainer yang sangat menarik. 

Seperti yang kita tahu, kontainer biasa digunakan sebagai wadah pengangkatan barang. Namun kini, kontainer juga dapat ditinggali karena sesuai dengan skala manusia dan dengan menggunakan kontainer kita telah mendapat dinding, lantai dan atap sekaligus. Hal tersebut tentu memudahkan pengerjaan konstruksi dan menghemat waktu sehingga dengan berbagai kelebihannya maka kontainer dengan treatment yang baik dapat kita sebut sebagai material yang sustainable. Bangunan kontainer biasanya menggunakan kontainer-kontainer bekas yang tersedia banyak di pelabuhan sehingga menggunakannya kembali sebagai bangunan adalah memberikan kehidupan kedua bagi kontainer-kontainer tersebut.

Taman Baca dan Poligigi Amin mengusung konsep contertainer. Dapat terlihat dari keseluruhan bangunan yang bersifat entertaining; warnanya, desainnya, dan ditambah lagi contertainer ini dapat dipakai bersama dan bebas biaya. Hal ini sesuai dengan harapan arsitek sendiri, Edwin Nafarin, yang menginginkan arsitektur dapat menyenangkan banyak orang.

Contertainer ini disusun atas 8 kontainer yang memiliki fungsi utama taman baca. Lantai dasar berfungsi sebagai poligigi dan menggunakan konstruksi konvensional. Dimulai dari lantai 1 lah kita dapat menikmati bangunan kontainer tersebut. Kontainer-kontainer tersebut terdiri atas kontainer 40 kaki dan 20 kaki dengan warna yang bermacam-macam, yaitu biru, hijau, merah, dan kuning.

Kontainer hijau berfungsi sebagai receiptionist, lalu ruang baca dipisah sesuai dengan genre buku yaitu kontainer kuning berfungsi sebagai ruang baca tata boga dan busana, kontainer biru untuk ruang baca hiburan dan umum, lalu kontainer merah sebagai ruang baca ilmu pengetahuan. Untuk ruang baca anak-anak tidak terbangun dari material kontainer.  

Setiap ruang baca banyak menggunakan pencahayaan alami dari jendela lebar di sisi-sisi kontainer sehingga pembaca mendapat cahaya yang cukup untuk membaca dan menghemat penggunaan lampu. Suasana yang tenang dengan view nuansa pedesaan membuat membaca semakin nyaman dan menyenangkan.

Hal menarik lainnya adalah dinding interior kontainerpun dihiasi lukisan/sticker menarik seperti orang yang sedang membaca bahkan ada rumus-rumus yang terlukis di dinding. Lalu kontainer merah berfungsi juga sebagai kanopi teras baca lantai 1 dengan mengekspos pile baja sebagai struktur penyangga kontainer merah pada eksteriornya.

Berkunjung ke Taman Baca dan Poligigi Amin akan memberi pengalaman yang berbeda dari sebuah kontainer. Lingkungan membaca sangat menyenangkan dan dapat dinikmati oleh siapa saja. Ide entertainer dalam kegiatan membaca yang sebenarnya beraktivitas statis merupakan ide yang baik sehingga pembaca tidak cepat jenuh dan ingin datang kembali untuk membaca. Semoga dengan pencitraan yang menarik dan lingkungan yang menyenangkan dari sebuah ruang baca dapat menarik minat baca anak-anak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar